PROGRAM DOKTOR MENGABDI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (UB) BERSAMA POKDARWIS “CAKRA ANOM” DI SITUS ARKEOLOGIS GOA TENGGAR TULUNGAGUNG


TULUNGAGUNG – Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat merupakan bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh dosen. Universitas Brawijaya (UB) melalui Program Doktor Mengabdi, di mana dari sekian puluh kegiatan pengabdian yang dilaksanakan tahun 2019 ini dan tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya dilaksanakan di Situs Arkeologis Goa Tenggar Desa Tenggarejo Kecamatan Tanggunggunung Kabupaten Tulungagung. Di goa ini banyak sekali ditemukan peninggalan-peninggalan prasejarah seperti fosil tulang dari binatang prasejarah, dan saat ini juga sudah diadakan penelitian arkeologis dan    ekskavasi untuk pendalaman lebih lanjut oleh pemerintah kabupaten Tulungagung. Kegiatan Doktor Mengabdi dilaksanakan mulai bulan September hingga November oleh empat dosen Universitas Brawijaya, yang diketuai oleh Dr. Roosi Rusmawati, M.Si, dan beranggotakan Dr. Sigit Prawoto, M.A., Arief Budi Nugroho, M.Si. dan Dhanny S. Sutopo, M.Si. Pengabdian kepada masyarakat di Desa Tenggarejo ini memang tidak bersentuhan secara langsung dengan konteks prasejarah dari goa ini, tetapi lebih fokus pada kegiatan pengabdian dengan menggandeng mitra kegiatan, yakni Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) “Cakra Anom” Tenggarejo. Pokdarwis inilah yang dari awal konsen dan berkeinginan untuk mengelola kawasan ini secara baik. Sehingga dengan menggusung tema “Pengembangan Destinasi Wisata Arkeologis Goa Tenggar Dengan Konsep Community-Based Tourism”, dasar utama dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menjadikan Pokdarwis sebagai elemen masyarakat yang lebih produktif dan mampu berinovasi guna menjalankan pengelolaan wisata di Kawasan Goa Tenggar kedepannya nanti.   


Di awal kegiatan ini dimulai, Tim Doktor Mengabdi UB berkunjung di Desa Tenggarejo dan diterima di rumah salah satu Kepala Dusun. Agenda pertemuan awal ini juga sempat dihadiri Kepala Desa, Sekretaris Desa dan seorang pegiat wisata dari Bappeda Tulungagung serta diramaikan dengan puluhan anggota  Pokdarwis “Cakra Anom”. “Di sini kami mendiskusikan gagasan-gagasan program Doktor Mengabdi agar dapat diterima dan dijalankan bersama Pokdarwis untuk kemajuan Wisata Goa Tenggar khususnya”, ujar Rossy. Dari diskusi inilah disepakati bahwa kegiatan yang akan dijalankan untuk memperkuat Pokdarwis adalah dengan memberikan suatu media kegiatan yang produktif yang dapat dijalankan oleh anggota Pokdarwis. Adapun bentuk kegiatan produktifnya meliputi dua kegiatan, yakni pengadaan peralatan sablon dan sekaligus pelatihannya serta pembuatan warung/kafe di pinggiran telaga Goa Tenggar.
Dengan pengadaan alat-alat sablon dan pelatihan rutin yang dijalankan, diharapkan anggota Pokdarwis dapat berkreasi dengan sablon sehingga berdampak pada produktifitas kelompok, sekaligus dengan kemampuan menyablon dapat menunjang pembuatan media-media promosi untuk wisata Goa Tenggar. Sedangkan untuk pembuatan warung/kafe di pinggir telaga Goa Tenggar, diharapkan dapat menjadi semacam base-camp atau tempat berkumpulnya anggota Pokdarwis sekaligus untuk tempat istirahat dan layanan kuliner bagi pengunjung kawasan ini. Sehingga dari kegiatan-kegiatan yang tetap mengedepankan unsur produktifitas anggota Pokdarwis, kedepannya diharapkan mampu khususnya secara finansial untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang akan dikelola oleh anggota Pokdarwis dalam rangka menyemarakkan wisata arkeologis di Goa Tenggar ini.


Sebelumnya proses pelatihan sablon, Tim Doktor Mengabdi menyediakan dua set alat sablon lengkap dengan bahan dan media sablon. Dengan set alat sablon tersebut, secara rutin anggota-anggota Pokdarwis berlatih, mulai dari mendesain gambar, membuat klise hingga praktik menyablon yang benar. Di sini kami juga difasilitasi oleh ahli sablon yang secara profesional mengajarkan ilmu sablon mulai dari tingkat dasar hingga lanjut. Dari kegiatan sablon-menyablon ini terlihat antusiasme anggota pokdarwis sampai-sampai mereka menyablon kaosnya sendiri masing-masing, meskipun stok kaos yang disediakan cukup banyak. Adalah sebuah kebanggaan tersendiri menggunakan kaos hasil sablonan sendiri, kata salah seorang anggota Pokdarwis. Selanjutnya desain kaos diarahkan pada tema-tema gambar Goa Tenggar yang harapannya, nanti bisa menjadi sauvenir untuk pengunjung di Goa ini dan sekaligus sebagai media promosinya, lanjut Arif Kepala Dusun yang sekaligus sebagai Pembina Pokdarwis “Cakra Anom”.
Sejalan dengan aktivitas sablon, rangkaian aktivitas pengabdian berikutnya adalah merealisasikan pembuatan warung/kafe di pinggir telaga Tenggar. Dimulai dari rapat informal anggota Pokdarwis untuk mendesain dan menghitung kebutuhan pembuatan warung/kafe yang akan didirikan dipinggir telaga Tenggar yang masih berada di kawasan Goa Tenggar. Bagi Tim Doktor Mengabdi, memberikan keleluasaan untuk mereka mendesain sendiri warung/kafe adalah bagian dari upaya untuk merangsang daya inovasi agar mereka dapat berkembang. Sekaligus dengan awalan demikian mereka berlatih untuk dapat mewujudkan  mimpi bersama-sama. Cukup panjang proses mendesain hingga merealisasikan warung/kafe di pinggir telaga ini, karena proses belanja material hingga membangunnya adalah murni dari kemampuan seluruh anggota Pokdarwis yang mengerjakannya. Kurang lebih hampir sebulan warung/kafe ini akhirnya berdiri dan beroperasi. Mengawali geliat bisnis ini, mereka menyediakan aneka minuman, mulai dari kopi dan makanan instan. Namun untuk kedepannya nanti, Pokdarwis “Cakra Anom” mulai memikirkan jenis makanan dan minuman yang khas sembari menikmati sejuknya pemandangan telaga di depan Goa Tenggar. Dari keseluruhan proses ini, Tim Doktor Mengabdi merasakan kebanggaan tersendiri ketika mereka berhasrat sekali untuk membangun beberapa spot penunjang di sekitar warung/kafe dan kawasan ini untuk dapat dijadikan sebagai tempat berswaphoto. “Kami sekarang sudah mulai menyicil buat tempat selfi-selfi bagi pengunjung agar tempat ini semakin menarik”, kata salah seorang anggota Pokdarwis.
Mengingat kawasan ini adalah bagian dari situs prasejarah yang mulai mendapatkan perhatian, tentunya untuk penataan kedepan memang harus sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan destinasi arkeologis, agar apa yang menjadi daya tarik Goa Tenggar ini tidak rusak akibat pengunjung dan agar kawasan ini tetap lestari. Dari sini Tim Doktor Mengabdi juga memberikan arahan tentang gambaran desain kawasan yang secara khusus mempertimbangkan dengan matang pengembangan Goa Tenggar sebagai warisan pengetahuan prasejarah. Disamping itu secara umum Tim juga berupaya agar pengelolaan wisata oleh Pokdarwis “Cakra Anom” sebagai bagian dari masyarakat Desa Tenggarejo bisa mendapatkan manfaat maksimal dari pengembangan destinasi Goa Tenggar. Untuk tahun 2020 ke depan, mudah-mudahan program kami selanjutnya dapat disetujui agar upaya penyempurnaan pengelolaan kawasan Goa Tenggar oleh Pokdarwis ini benar-benar kuat dan dapat berjalan sebagaimana penerapan konsep community-based tourism yang kami yakini dapat membantu masyarakat Desa Tenggarejo bisa lebih maju kedepannya nanti.***
CP: Roosy 085755185299

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form