Reporter : Agung Prawoto
Editor : Sujarismanto
Editor : Sujarismanto
Rombongan Komisi V DPR RI bersama jajaran pejabat Pacitan meninjau Proyek Gelon di Desa Kembang. Foto Istimewa |
Pacitan,Kabarpacitan.com- Mega Proyek Pelabuhan Barang dan Niaga Gelon, di Desa Kembang, Pacitan, nyaris terlupakan. Kelanjutan proyek bertaraf nasional ini tak kunjung dapat kepastian.
“(Proyek pelabuhan gelon) ini menurut saya terlupakan. Kenapa? Namanya pembangunan itu harus berkontinuitas. Kalau tidak (bangunan yang sudah ada) akan termakan alam. Misalnya air (bencana) alam banjir karena tidak tuntas dalam konteks drainase pengerasan jalan ,” kata Anggota DPR RI Jhonny Allen Marbun, saat kunjungan kerja ke lokasi.
Lebih lanjut, Jhony menilai tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan proyek raksasa yang dimulai sejak 2011 lalu. Proses pengadaan lahan seluas 50 hektare sudah tuntas. Pun demikian dengan kucuran anggaran Pemerintah Daerah untuk pengerukan akses jalan.
“Pembebasan lahannya sudah. Jadi ini (proyek) harus dilanjutkan. Beda kalau dimulai dari nol. Transportasi laut tentunya didukung transportasi darat yang sudah diinvestasikan dana daerah sebesar Rp 30 Milliar,” jelasnya.
Menurut legislatif dari daerah pemilihan Sumatera Utara II ini, keberadaan Pelabuhan Barang dan Niaga di Pacitan penting guna menumbuhkan perekonomian baru bagi masyarakat setempat maupun beberapa daerah tetangga.
“Potensi pertumbuhan kehidupan masyarakat pacitan khusunya cukup signifikan. Jadi kami akan perjuangkan (agar) bisa direalisasikan tahun 2019 mendatang,” imbuh dia.
Pada kesempatan yang sama Bupati Pacitan Indartato mengatakan kunjungan Komisi V DPR RI diharapkan bisa menyelesaikan salah satu proyek impian di Kota berjuluk 1001 gua.
“Harapan kita bisa sukses berhasil (terealisasi tahun depan) untuk kemakmuran masyarakat pacitan khusunya dan Indonesia pada umumnya,” ucap Bupati Pacitan Indartato.
Proses pembangunan Pelabuhan Barang dan Niaga Gelon melalui jalan berliku. Proyek prioritas nasional yang sedianya ditarget tuntas 5 tahun beberapa kali tertunda. Bahkan, kelanjutannya hingga kini masih mengambang.
Untuk merealisasikannya membutuhkan biaya sebesar Rp 45 milliar. Keberadaan pelabuhan yang akan menampung 30 kapal ini diharapkan menjadi alternatif perdagangan di pantai utara dan selatan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah. (ap/jo).
Tags
berita