![]() |
| Sulis Styorini, sebagai Narasumber Sosialisasi |
Pacitan, 24 Oktober 2025 – Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan menggelar sosialisasi bertajuk “Peran Perempuandalam Sosial dan Ekonomi” selama dua hari berturut-turut, 23-24 Oktober 2025, di Balai Desa Purwoasri untuk hari pertama dan hari kedua di Balai Desa Karanganyar Kecamatan Kebonagung. Acara ini menjadi wadah inspiratif bagi perempuan, khususnya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), untuk memperkuat peran mereka dalam pembangunan sosial dan ekonomi daerah. Dengan tema yang menekankan pemberdayaan gender, sosialisasi ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan UMKM lokal yang berkelanjutan, sekaligus mengurangi kesenjangan ekonomi antarjenis kelamin di wilayah pedesaan Pacitan.
Acara yang dibuka secara resmi oleh Arif Setia Budi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pacitan, ini diikuti oleh ratusan peserta. Mayoritas peserta berasal dari kalangan perempuan pegiat UMKM di Kecamatan Kebonagung dan sebagian dari Kecamatan Tulakan, Pacitan. Mereka terdiri dari ibu rumah tangga, pengrajin gerabah, pedagang online, hingga pemilik usaha kuliner tradisional maupun modern dan berbagai usaha kreatif lainnya. Kehadiran peserta yang beragam ini menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap inisiatif pemberdayaan perempuan, di tengah tantangan ekonomi pasca-pandemi yang masih dirasakan oleh sektor UMKM.
Dalam pidato pembukaannya sebagai keynote speaker, ASB, politisi muda ini akrab disapa menekankan urgensi peran perempuan dalam pembangunan Kabupaten Pacitan. “Perempuan bukan hanya tulang punggung keluarga, tapi juga pilar utama pembangunan ekonomi daerah kita. Di Pacitan, yang kaya akan potensi wisata dan pertanian, UMKM yang dikelola perempuan bisa menjadi motor penggerak kesejahteraan masyarakat. Namun, kita harus atasi hambatan seperti akses modal, pelatihan, dan pemasaran. Sosialisasi ini adalah langkah konkret DPRD dan Pemkab untuk mewujudkan Pacitan yang inklusif,” ujar Arif dengan penuh semangat, disambut tepuk tangan meriah dari peserta.
![]() |
| ASB Berfoto bersama narasumber dan peserta sosialisasi |
Kegiatan dua hari ini difokuskan pada pemahaman diri perempuan sebagai pilar utama dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, perempuan dan UMKM serta strategi pengembangan UMKM. Narasumber utama, Sulis Styorini, tokoh perempuan Pacitan yang juga pelaku dan pendamping UMKM, menjadi pusat perhatian dengan materi yang mendalam dan relatable.
Sulis Styorini, yang dikenal Ketua KPU Kab. Pacitan 2019-2024 sekaligus juga owner Kopi Deplok Pacitan, membuka sesi pertama dengan topik “Perempuan Mengenai Dirinya: Membangun Kepercayaan Diri untuk Sukses”. Dalam presentasinya, Sulis banyak berkisah tentang hidupnya dan kisah-kisah sukses perempuan lainnya “Sebagai perempuan, kita sering terjebak dalam peran domestik yang membatasi mimpi. Tapi, ingat: diri kita adalah modal terbesar. Dengan mengenal kekuatan dan kelemahan, kita bisa transformasi tantangan menjadi peluang,” katanya.
Materi-materi lain yang disampaikan diantaranya “Perempuan dan UMKM: Sinergi untuk Kemakmuran”. Ia menjelaskan bagaimana perempuan berkontribusi terhadap UMKM di mana UMKM merupakan penyumbang terbesar PDB tahun 2024 di Indonesia “UMKM perempuan di sini, seperti kuliner tradisional atau kerajinan gerabah, punya potensi besar. Tapi, kita butuh dukungan ekosistem: dari pelatihan digital hingga jaringan pemasaran,” ungkap Sulis. Diskusi ini diwarnai banyak cerita dari peserta mulai suka duka menjalankan usaha, kekhawatiran dan ketakutan memulai usaha hingga kisah sukses dalam mengelola usaha.
Materi penutup, “Strategi Pengembangan UMKM: Langkah Praktis untuk Perempuan”, menjadi highlight praktis. Sulis membagikan roadmap sederhana: mulai dari identifikasi pasar, inovasi, peningkatan kapasitas, pemanfaatan media sosial, hingga kemitraan dan kolaborasi.
Sosialisasi ini mencerminkan komitmen Pacitan terhadap peningkatan kualitas perempuan sekaligus pengembangan UMKM. Ditengah isu nasional tentang ekonomi dan kesetaraan, Pacitan membuktikan bahwa perubahan dimulai dari grassroot. Bagi para peserta, acara ini bukan sekadar sosialisasi, melainkan panggilan untuk bangkit dan berkarya.

