Profil Desa & Kelurahan, Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan

Sindopos.com - Profil Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.

Profil Desa & Kelurahan, Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan
Profil Desa & Kelurahan, Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan

Kondisi Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan

Pentingnya memahami kondisi Desa untuk mengetahui keterkaitan perencanaan dengan muatan pendukung dan permasalahan yang ada, memberikan arti penting keputusan pembangunan sebagai langkah mendayagunakan dan penyelesaian masalah di masyarakat.

Desa Purwoasri merupakan salah satu dari 19 desa di wilayah Kecamatan Kebonagung, yang terletak 1 Km ke arah barat dari kota Kecamatan dan merupakan Pintu Gerbang Kota Kecamatan Kebonagung,  Desa Purwoasri mempunyai luas wilayah seluas 226,011 hektar. Adapun batas-batas wilayah desa Purwoasri :

BATAS DESA
Sebelah Utara    :  Desa Kayen dan Desa Banjarjo
Sebeah Selatan   :  Desa Karangnongko dan Desa Karanganyar.
Sebelah Timur    :  Desa Kebonagung
Sebelah Barat    :  Desa Kayen


Iklim Desa Purwoasri sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung.


Sejarah Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan

Secara historis, sejarah  Desa Purwoasri tidak lepas dari sejarah Kota Pacitan. Berikut ini adalah sejarah singkat Desa Purwoasri sebagai bagian dari sejarah terjadinya Kota Pacitan.

Pacitan pada zaman Indonesia Hindu,
Menjelang permulaan abad Masehi serta datangnya pengaruh kebudayaan Hindu ke Indonesia, nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki tingkat  kebudayaan sedemikian rupa yang terjalin dalam suatu sistem sosial yang kas Indonesia sebagai dasar, landasan dan sarana penyelesaian unsur  - unsur kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Unsur – unsur itu terdiri dari (1). Gamelan, (2) wayang, (3) batik, (4) astronomi (5) sistem pemerintahan desa yang demokratis-dorp republik (6) pertanian dan irigasi (7) kemampuan menyusun metrum, (8) memandai logam, (9) sistem mata uang dan (10) pengetahuan pelayaran . Kesepuluh unsur kebudayaan tersebut sering disebut Ten Pont Brandes yang artinya Sepuluh unsur kebudayaan Indonesia asli yang diketemukan oleh JLA Brandes, seorang ahli bahasa bernahasa Belanda. Von Haine Geldern menambah dengan unsur – unsur animesme, dinamisme dan pemujaan arwah leluhur. Ahli lainnya mnyatakan bahwa pembuatan punden sebagai tempat pemujaan arwah dan rumah diatas tiang juga telah terjadi misalnya berdasarkan sumber – sumber Prasasti di Jawa barat telah muncul kerajaan Tarumanegara pada abad ke V M. Namun demikian usia kerajaan itu tidaklah lama. Tidak demikian halnya dengan kerajaan yang muncul di pedalaman Jawa Tengah bagian selatan di bawah Dinasti Sanjaya pada tahun 732 M. munculnya dinasti Sanjaya merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi pembentukan dan perkembangan pemerintahan kerajaan di Jawa. Dinasti Sanjaya ternyata mampu berkembang ke Jawa Tengah sampai abad pertengahan X M, tepatnya sampai Tahun 937 M. pada zaman kerajaan Mataram (kuno) dibawah dinasti sanjaya itu terdapat petunjuk bahwa daerah pacitan dengan pusatnya di Watukura (sekarang Watupatok) telah muncul daerah tingkat II, yaitu tingkat pemerintahan yang posisinya diatas pemerintahan Wanua (Desa) tetapi dibawah pemerintahan pusat kerajaan. Bukti yang mendukung dugaan tersebut ialah adanya gelar rakai watukura Dyah Balitung. Bahkan Dyah Balitung kemudian berhasil menduduki tahta “MAHARAJÁ” di Mataram. Salah satu gelarnya Rakai Watukara Dyah Balitung Dharmo Daya Mahasumbu yang menurut sebagian ahli sejarah dianggap sebagai pawendiri candi Prambanan. Gelar rakai berasal dari “Rakai”, sinonim dengan gelar Samget (Pamget) pada struktur ketatanegaraan mataram kuno merupakan kepala daerah setingkat kabupaten. Bila demikian halnya maharaja balitung sebelumnya adalah kepala daerah Watukara, yang kemudian berhasil menduduki tahta kerajaan di Mataram.

Pada awal abad X pusat kerajaan yang semula terletak di Jawa Tengah pada masa pemerintahan Empu Sendok mengalami perpindahan ke Jawa Timur, sebagaimana telah disebutkan. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, keturunan Empu Sendok (1017-1042) daerah tetangga Watukura yaitu Ponorogo muncul salah satu kekuatan yang berpusat di Wengker, sebagai kekuatan tangguh yang menentang dan menandingi airlangga. Hanya dengan susah payah Airlangga kemudian berhasil menghancurkan kekuatan Wengker dibawah Raja Wijaya, pada tahun 1037. Selanjutnya sepeninggal Airlangga, pusat kerajaan kemudian pindah ke Kediri (XI-XIII), Singasari (XIII) dan Majapahit (XIII-XVI). Selama periode Singasari dan Kediri nama Pacitan atau Watukara tidak muncul dalam percaturan atau pemberitaan sejarah, baru zaman Majapahit nama Watukara kemudian kembali muncul sebagai salah satu desa perdikan (Sima Kebudaan). Dalam hal ini Negarakertagama pada pupuh 77 syair ke-3 secara urut dari bagian barat Jawa ke arah timur, antara lain menyebutkan daerah-daerah perdikan: Budur, Wirun, Wungkulur, Watukura, serta Braja sana.

Reuffaer dalam karyanya tentang Malaka yang dimuat dalam majalah Bijdargen to de taal-, land-, en volkenkude (BKI) Den Haag 1921 halaman 132 cacatan ke-3 mengidentifikasikan Watukura dengan “Tortoise” (kura-kura) Rock (batu) sinonim dengan Watu Patok yang terletak di sudut barat laut Kabupaten Pacitan, posisinya terletak antara Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Ponorogo. Sarjana lainnya yaitu Stutterhein dalam Tijdachrift Voor Indische Taal, Land, en Volkunude. (TBG) nomor 67 terbit di Batavia, pada halaman 182 menjelaskan Watukura dalam hubungannya dengan Maharaja Balitung dari Mataram kuno.

Sumber-sumber tradisi setempat yang lebih bersifat legenda menyatakan bahwa pada zaman Majapahit Pacitan dibawah kekuasaan Ki Ageng Buwono Keling, yang bertempat tinggal di dusun Jati, desa Purwoasri, kecamatan Kebonagung. Tokoh legendaris ini dikatakan berasal dari keturunan bangsawan Pajajaran yang kawin dengan salah seorang putri raja Majapahit terakhir. Bila cerita ini kita hubungkan dengan pemberitaan babad Pacitan itu yang menyatakan bahwa Ngabehi Secadrana, ayah Notopuro juga menjadi menantu pangeran di Sumedang, Jawa Barat. Nampaknya penguasa di Pacitan telah memiliki jalur hubungan dengan para penguasa di Jawa Barat dalam waktu yang lama dan baik. Akan tetapi bila kita perhatikan gelar sebutan Ki Ageng atau Ki Gede merupakan gelar yang muncul pada peralihan Majapahit ke zaman Islam. Para tokoh yang menyandang gelar itu misalnya Ki Ageng Sela, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Tarub, Nyi Ageng Pinatgih, Ki Ageng Karanglo dan lain lainnya.

Berdasarkan fakta-fakta itu dapat diperkirakan bahwa tokoh Ki Ageng Buwono Keling muncul pada periode peralihan Majapahit ke jaman Islam. Pada masa sekarang makam Ki Ageng Buwono Keling masih dilestarikan sebagai cagar budaya yang dianggap sebagai pemula atau Kawitan (Purwo) sehingga menjadi sebuah wilayah yang ramai, indah, dan asri. Mungkin itu yang diabadikan sebagai legenda nama sebuah desa Purwoasri.

Pacitan pada zaman transisi Hindu-Islam: tokoh legendaris Ki Ageng Buwono Keling, Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong dan Seh Maulana maghribi. 

Apabila Ki Ageng Buwono Keling historis maka pada akhir Majapahit di Pacitan telah ada penguasanya yang bertempat di Jati sebagai tanah perdikan atau sima. Tradisi itu kemudian juga menyebutkan bahwa keturunan Ki Ageng Buwono Keling di kemudian hari banyak yang menjadi pemimpin di wilayah Pacitan. Garis keturunan tersebut sebagaimana terdapat dalam Babad Pacitan sebagai berikut:

1.    Ki Ageng Buwono Keling         (Budha)
2.    Ki Ageng Durbangkoro        (Budha)
3.    Ki Ageng Jati Kumelar         (Budha)
4.    Ki Ageng Sambi Kumelar         (Budha)
5.    Ki Ageng Puring Toyo         (Islam)
6.    Ki Ageng Mendole             (Islam)
7.    Ki Ageng Bajiraos             (Islam)
8.    Ki Ageng Samudin             (Islam)
9.    Ki Ageng Cabarudin             (Islam)
10.    Ki Ageng Rajudin             (Islam)
11.    Ki Ageng Djajanudin             (Islam)
12.    Ki Ageng Djajaniman             (Islam), T. Djagakaryo

Tatkala di Pacitan terjadi proses Islamisasi Ki Ageng Buwono Keling tetap mempertahankan tradisi dan kepercayaan Hindu-Budhanya.

Tanah perdikan kedua dipimpin oleh Ki Ageng Petung di Rejasa. Tradisi lain mengatakan tokoh ki Ageng Petung sebagai cucu Raden Wijaya, dari putranya Raden Joko Dolog. Di sini jelas terdapat kekacauan sejarah, karena berdasarkan sumber Negarakertagama maupun Prasasti Sinpang 1289, Joko Dolog tidak lain dan tidak bukan adalah Kertanegara sendiri sebagai nama Petungnya yang terletak di Taman Apsari Surabaya. Kertanegara adalah mertua Raden Wijaya, selanjutnya menurut tradisi itu Ki Ageng Petung menurunkan orang-orang sakti di Pacitan seperti di Ngabehi Pancawilaga, Ngabehi Secawilaga, Ngabehi Secadirma, Ngabehi Secadrana I, Ngabehi Necadrana II dan Ngabehi Natapura yang nantinya oleh Pakubuwono II dari Surakarta diangkat sebagai Tumenggung Notopuro.

Tanah perdikan ketiga di Posong yang dipimpin oleh Ki Ampok Baya, yang kemudian juga bergelar Ki Ageng Posong .

Semula ki Ageng Ampok datang ke Ponorogo bersama Ki Menak Sopal. Dengan seizin Batoro Katong, penguasa Ponorogo kemudian kedua orang itu membabat hutan. Bila Ampok Baya membabat hutan di wilayah Pacitan, maka Menak Sopal membabat hutan disebelah timur Ponorogo. Lokasi yang dibabat Menak Sopalitu kemudian terkenal dengan nama Trenggalek. Ki Ageng Posong kemudian menurunkan tokoh-tokoh: Ngabehi Satriyan, Ngabehi Wiromarto, Ngabehi Kertajaya, Ngabehi Surung Marto (menantu R. Adipati Martawangsa dari Ponorogo), yang kemudian  berputra Raden Ngabehi Natapraja.

Tanah perdikan keempat didirikan oleh Seh Maulana Maghribi, seorang Mubaligh penyebar Islam. Desa yang didirikan oleh Seh Maulana Maghribi itu bernama Duduwan. Setelah penyebar Islam itu meninggal dunia, kemudian dimakamkan di desa setempat, di tepi sungai Grindulu. Pada tahun 1886, makam tersebut rusak karena banjir besar.

Inti dari legenda itu adalah tatkala pada abad XVI terjadi proses Islamisasi di Jawa, didaerah Pacitan pun proses itu berlangsung pula, yaitu dengan datangnya Ki Ageng Petung, Ki Ageng Posong, dan Seh Maulana Maghribi. Para pendatang baru kemudian harus berhadapan dengan penguasa-penguasa setempat yaitu Ki Ageng Buwono Keling yang tetap mempertahankan tradisi Hindu-Budha. Konflik ini berakhir dengan kekalahan Ki Buwono Keling. Pola ini mirip dengan kisah Sunan Kudus tatkala menghadapi Ki Kebo Kenongo pada awal XVI.

Berikut ini beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Purwoasri:
1.    Citro
2.    Somodiwiryo
3.    Jayus
4.    Salim
5.    Marsum
6.    Miswan
7.    Kateno
8.    Papiek Sriyono
9.    Andi Rahmanto


Struktur Organisasi dan Pelayanan Publik

Desa Purwoasri memiliki bagian dari satuan wilayah Pemerintahan Desa dengan fungsi yang sangat berarti dalam rangka pelayanan publik untuk kepentingan masyarakat. Dalam hal tersebut juga sangat berkaitan erat dengan kepentingan pemerintahan pada level diatasnya.

Nama Pejabat Wilayah Administrasi Pemerintah Desa Purwoasri Tahun 2010
No.
N A M A
JABATAN
1.
ANDI RAHMANTO
Kepala Kepala Desa
2.
HARNI KOESWANTO
Sekretaris Desa
3.
KATMIN
Kaur Pemerintahan
4.
DARMONO
Kaur Pembangunan
5.
JA’ FAR
Kaur Kesra
6.
SUNTORO
Kaur Keuangan
7.
YUNI EKOWATI
Kaur Umum



Nama Pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Purwoasri Th. 2010

No.
N A MA
JABATAN
1.
FERI PUSPITO
Ketua
2.
HERUDIYANTO
Sekretaris
3.
MARYANTO
Anggota
4.
GUNAWAN
Anggota
5.
SUKARMAN
Anggota
6.
KATWADI
Anggota
7.
M. HASYIM
Anggota
8.
BOYAMIN
Anggota
9.
WAHYU WIDIANTO
Anggota


Nama Susunan Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa ( LKMD) Desa Purwoasri Tahun 2010 ( Masa Bakti 2007-2012 )

No.
JABATAN
N A M A
ALAMAT
1.
Pelindung
ANDI RAHMANTO
Padi
2.
Penasehat
H. SUGENG SUTOPO
Sooka
3.
Penasehat
SUMADI, SPd.
Padi
4.
Ketua
TITO  JUSHADI
Jati
5.
Wakil Ketua I
MUJIONO
P.Sari
6.
Wakil Ketua II
H. ARI PRIAMBODO
Jati
7.
Sekretaris I
WINARTO, SPd.
G. Cilik
8.
Sekretaris II
AGUS SUYANTO, SPd.
Jati
9.
Bendahara I
ARIS BUDIONO, SPd.
Wetih
10.
Bendahara II
SUPIARTI, SPd.
Sooka
11.
Seksi – seksi



     a.Sie Agama
1. EDY HARYANTO
Padi


2. PRIBANDI
G. Cilik


3. A. ZAENUDDIN
Wetih


4. ISTADI NURCHOLIS
Wetih

     b.Sie Keamanan
1. S A H I R
Wetih


2. SIDIK PURNOMO
Padi


3. RIYANTO
Padi

     c.Sie Pendidikan
1. ASRAP, SPd.
Jati


2. ANI SUPRAPNO, SPd.
Jati


3. SURATNO, SE.
Jati


4. TRUBUS SUTOPO,SPd
Sampang

     d.Lingkungan hidup
1. MAHMUD K.
Padi


2. HENIS KRISTANTO
Jati

     e.Sie Pembangunan
1. SURATNO, ST.MM
Sampang


2. SUYONO
Jati


3. SUKATMAN
Wetih

     f.Sie Perekonomian
1. MISWANTO
Padi


2. IMAM SUYOTO
Sooka


3. WAHYU PURWENDI
Wetih

     g. Sie Kesehatan KB
1. MULYONO, AMK
Padi


2. HADI SISWANTO
P. Sari


3. JUAIR, AMK
Jati

     h. Sie Pemuda O R
1. HERI PURWANTO
Jati


2. Drs. ZAID PURNOMO
Wetih


3. TUMARDI, SPd.
Sampang


4. GUNTUR IRAWAN
Padi

     i. Sie Kesos
1. SAHURI
Wetih


2. MASHUD
Sooka


3. SUWARNO
P.Sari


4. SUYOTO
Jati

     j. Sie Kewanitaan
1. EKA SUSILOWATI
Padi


2. MUJI ASTUTI
Jati


3. SITI HARTINI
Sampang

     k. Sie Kesenian
1. SUPARNO
Padi


2. BAMBANG SRIYONO
G. Cilik


3. M. NAHROWI
Jati


Nama Kepala Dusun dan Pembantu Kepala Dusun Desa Purwoasri Th. 2009

No.
N A M A
JABATAN
1.
Wiji Suwardi
Kepala Dusun Sooka
2.
Pujiaono
Pembantu Kasun Sooka
3.
Ahmad Tamrin
Kepala Dusun Jati
4.
Imam Wahidin
Pembantu Kasun Jati
5.
Santoso
Kepala Dusun Sampang
6.
Tumari
Pembantu Kasun Sampang
7.
Suwito
Kepala Dusun Wetih
8.
Slamet M.
Pembantu Kasun  Wetih
9.
Abas Wiyadi
Kepala Dusun P.sari
10.
Santoso
Pembantu Kasun P.sari
11.
Suprapnno
Kepala Dusun G.cilik
12.
Budoyo
Pembantu Kasun G.cilik
13.
Tri Sunangjono
Kepala Dusun Padi
14.
Sunarto
Pembantu Kasun Padi
15.
Sumadi
Pembantu Kasun Padi


Nama Pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Purwoasri

No.
JABATAN
N A M A
ALAMAT
1.
Penasehat
Ny. Sumarti Sriyono
P.Sari


Ny. Sri Katon Sugeng
Sooka


Ny. Salatun Sogimin
Jati


Ny. Siti Hartini Kusni
Sampang
2.
Ketua
Ny. Ekasusilowati Andi
Padi

Wakil Ketua
Ny. Tatik Harni K.
Jati

Sekretaris I
Ny. Muji Astuti Ari P.
Jati

Sekretaris II
Ny. Tuttut Tri H Suwito
Wetih

Bendahara I
Ny. Supiarti  Suyoyo
Sooka

Bendahara II
Ny. Marwiyati Suntoro
Sooka
3.
Kelompok Kerja I



Ketua
Ny. Esti Handayani
Jati

Wakil Ketua
Ny. Siti Nuriyah
P. Sari

Sekretaris
Ny. Sukatmi Suratno
Jati

Anggota
Ny. Nurmiati Harun
Wetih

Anggota
Ny. Marjanah Samin
P.Sari
4.
Kelompok Kerja II



Ketua
Ny. Ruriati Aris B.
Wetih

Wakil Ketua
Ny. Hety Nur Endah
Jati

Sekretaris
Ny. Sri Purwani
G. Cilik

Anggota
Ny. Rohayati Sidik
Padi
5.
Kelompok Kerja III



Ketua
Ny. Suliyantini Tri S.
Padi

Wakil Ketua
Ny. Winarti Tumardi
Sampang

Sekretaris
Ny. Siti Utami Santoso
Sooka

Anggota
Ny. Purwani Mulyono
Padi

Anggota
Ny. Hartutik Bambang
Padi
6.
Kelompok Kerja IV



Ketua
Ny. Sri Hariningsih
Padi

Wakil Ketua
Ny. Siti Habibah
Sampang

Sekretaris
Ny. Ani Lestari
Padi

Anggota
Ny. Lestari Parno
Jati

Anggota
Ny. Jumiati Pujiono
Sooka


Nama Pengurus Karang Taruna Desa Purwoasri Tahun 2010

No.
N A M A
JABATAN
1.
HERI PURWANTO
Ketua I
2.
WAHYU PURWENDI
Ketua II
3.
INDRA IRMAWAN
Sekretaris
4.
CIPTO BUDIONO
Bendahara
5.
GUNTUR IRAWAN
Seksi Olah raga
6.
SUSENO B. AJI
Sda
7.
BANGUN YUWONO
Sda
8.
TRI BUDIANTO
Sie Agama
9.
RENDRA S.
Sda
10.
BAMBANG SRIYONO
Sie Kesenian
11.
SUDARSONO
Sie Kesehatan
12.
JOKO KARYONO
Sie Pendidikan
13.
WAHYU SETYO BUDI
Sie Pendidikan



Desa Purwoasri  terdiri dari 7 dusun   dengan jumlah penduduk  2.506 Jiwa atau 751 KK, dengan perincian sebagaimana tabel berikut :


Jumlah Penduduk

No.
Jenis Kelamin
Jumlah
1.
Laki – Laki
1.275 Orang
2.
Perempuan
1.231 Orang
3.
Kepala Keluarga
751  KK


Jumlah Penduduk Menurut Umur

No.
Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
1.
> 65
218
2.
60 - 65
99
3.
55 – 60
 149
4.
50 – 55
 149
5.
45 – 50
 185
6.
40 – 45
 171
7.
35 – 40
 189
8.
30 – 35
 137
9.
25 - 30
 142
10.
20 – 25
 135
11.
15 – 20
 121
12.
10 – 15
 99
13.
5 - 10
 147
14.
< 5
 106
Jumlah
 2.506


Keadaan Sosial Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Purwoasri adalah sebagai berikut :


Tingkat Pendidikan Masyarakat

No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah ( orang )
1.
Tidak Sekolah / Buta Huruf
 5
3.
Tidak Tamat SD/Sederajat
 129
4.
Tamat SD / sederajat
 134
5.
Tamat SLTP / sederajat
 433
6.
Tamat SLTA / sederajat
 501
7.
Tamat D1, D2, D3
 144
8.
Sarjana / S-1
 401


Kesenian yang masih ada di masyarakat Desa Purwoasri  adalah sebagai berikut :

Kesenian Masyarakat

No.
Jenis Kesenian
Jumlah Kelompok
Status
1.
Musik
4
Aktif
2.
Karawitan
3
Aktif


Keadaan Ekonomi  Desa Purwoasri Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan

Karena Desa Purwoasri merupakan desa pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut:


Mata Pencaharian Penduduk
Petani
Pedagang
PNS
Tukang /Jasa
Lain- Lain
578
72
253
27



Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Purwoasri  adalah sebagai berikut  :

Kepemilikan Ternak
Ayam/itik
Kambing
Sapi
Kerbau
Lain-lain
1.676
138
 92
-




 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form