Refleksi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW; Internalisasi Akhlak Rasul Dalam Kehidupan Masyarakat*



Bulan Rabbiul awal ialah salah satu bulan pada kalender hijriah  yang terasa spesial bagi manusia, khususnya umat islam. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan, pada bulan ini, tepatnya tanggal 12 Rabbiul Awal adalah hari kelahiran Muhammad SAW. Beliau adalah satu-satunya Rasul Allah SWT yang diutus untuk semua ras dan golongan dengan cahaya kebenaran yang dibawanya yakni agama Islam.
Nabi Muhammad SAW lahir di Kota Makkah, 12 Rabbiul Awal Tahun Gajah, atau bertepatan dengan 20 April 571 M. Dinamakan Tahun Gajah dikarenakan waktu itu bala tentara Abrahah dari Yaman menyerang Kabah dengan mengendarai gajah. Namun penyerangan itu gagal total karena Allah mengirim burung Ababil yang menjatuhkan batu-batu dari neraka (Qs. Al Fiil).
Momentum kelahiran Nabi, atau yang disebut Maulid Nabi Muhammad SAW selalu mendapatkan perlakuan khusus untuk umat Islam, dimana setiap hari itu terdapat agenda rutin  peringatan. Setiap daerah tentunya memiliki cara-cara tersendiri untuk memperingatinya, mulai dari kegiatan yang sederhana sapai yang luar biasa, bentuknya pun bermacam-macam, seperti tumpengan, kirab budaya, pengajian dan yang lainnya. Apapun kemasannya, tentu kegiatan ini banyak dikumandangkan shalawat Nabi, sebagai upaya mengingat sosok Nabi Muhammad SAW, pemimpin Umat dan Bangsa yang menjadi Uswatun Hasanah bagi kita semuanya.
Namun, kegiatan ini semoga bukanlah formalitas belaka, harusnya kita menjadikan momentum ini sebagai bahan refleksi bersama, Bagaimana kita memetik nilai dari sosok Rasullullah untuk dapat kita relisasikan dalam kehidupan kita saat ini. Melihat kondisi bangsa ini yang memang sudah kehilangan sosok pemimpin yang baik, yang berimbas pada keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan yang semakin mengalami kemunduran maka sudah sepantasnya kita belajar dari sosok Rasulullah.

Internalisasi Akhlak Rasullullah
Sebenarnya materi ini sudah kita dapatkan pada pelajaran Agama Islam di Sekolah Dasar, yakni terkait dengan sifat-sifat Nabi dan rasul. Namun tidak ada salahnya kita membuka materi yang telah lama sekali kita simpan, mengingatnya kembali, dan menjadikan ini sebagai sarana untuk saling mengingatkan antar sesama.
Rasullullah SAW, adalah sosok panutan umat yang sempurna dan luar biasa, yang kita yakini bahwa kita tidak mungkin bisa setara atau lebih darinya. Karena Beliau adalah panutan umat yang baik (Uswatun Hasanah), maka sudah menjadi hal yang wajib bagi kita dapat meniru segala perbuatan dan ucapannya.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengahrap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Qs Al-Ahzab:21). Dengan hal ini, seharusnya kita dapat mengambil pesan dan dapat kita korelasi dan implementasikan pada kehidupan. Oleh karena itu, barangkali sebagian yang dapat kita pelajari dan amalkan terkait dengan 4 sifat Rasulullah.
Sidiq berarti benar, sifat yang sangat mulia yang menghiasi akhlak-akhlak seseorang yang beriman kepada Allah. Alangkah baiknya jika setiap insan dapat mewujudkannya dalam kehidupan. Jika saja keyakinannya benar, maka tidak hanya ucapanya yang bnar, tetapi juga seluruh perbuatannya.
Sifat selanjutnya adalah yang harus dimiliki oleh setiap muslim adalah implikasi dari sifat sidiq, yakni amanah, tabligh dan fathonah. Setiap insan seharusnya dapat saling menjaga kepercayaan. Seseorang dapat menjaga amanah dari orang tua dan sebaliknya, seorang murid menjaga amanah dari guru dan sebaliknya, serta seorang pemimpin mampu menjaga amanah dari rakyat dan sebaliknya. Setiap insan juga harus berusaha menjadi pribadi yang arif dan bijaksana, tentunya dengan mampu menempatkan posisinya pada kedudukan dan suasana yang tepat. Dan sebenarnya masih banyak lagi akhlak Rasulullah yang dapat kita contoh, baik hubungan pada Allah maupun akhlak kepada sesama manusia.
Hal-hal diatas, tentunya akan jauh dari diri setiap muslim jika saja tidak ada kesadaran untuk itu. Pertama, kita sama-sama sadar bahwa hal tersebut sudah menjadi kewajiban setiap muslim (kebutuhan diri). Kedua, kita harus sadar bahwa hal ini untuk mewujudkan masyarakat madani, bangsa yang aman, damai dan sejahtera (social needed). 
Semoga momentum Maulid Nabi Muhammad SAW 1438 H ini sebagai sarana untuk belajar dan refleksi bersama. Semoga ini menjadi bahan renungan bersama, sudah saatnya kita menguatkan autokritik pribadi masing-masing yang tentu implikasinya pada kesadaran diri dan pengaruhkan dapat kita rasakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yakin Usaha Sampai!

(*) Oleh Tresna Sujarwanto (Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pacitan)
 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form