Sindopos.com - Dampak Lingkungan Pembangunan Waduk Tukul Arjosari
Banjir Disertai Material Batu dan Tanah Dilokasi Pembangunan Waduk Tukul |
Intensitas Hujan yang cukup tinggi di wilayah Kabupaten Pacitan, Kembali menyebabkan banjir bandang yang di sertai matrial batu terjadi di Sungai Grunggu, Desa Karangrejo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Senin (9/1) dini hari.
Banjir bandang yang melewati Sungai Grunggu sangat miris. Pasalnya, air bah dari lereng Gunung Tumo tidak hanya membawa tanah saja tetapi juga bebatuan besar dan kecil. Akibatnya, jembatan penghubung Desa Karangrejo dengan Desa Karanggede, Kecamatan Arjosari terancam putus diterjang banjir batu tersebut.
Jembatan yang panjangnya sekitar 15 meter dengan lebar 1,7 meter tersebut tertutup timbunan batu sampai 3 meter. Namun, kerusakan belum masuk kategori parah. Hanya saja, bebatuan yang terbawa banjir sudah menyumbat di bagian kolong jembatan. Kondisi itu membuat arus sungai tidak beraturan. Jika debit air naik, tidak menutup kemungkinan bakal menerjang badan jembatan dan mengancam keselamatan warga yang melintas di jembatan.
Selain membuat lalu lintas lumpuh, banjir batu tersebut juga menyebabkan putusnya jalur menuju ke sekolah. “jalan satu-satunya menujuke sekolahan, tidak ada alternatif lain, ini saya berjalan diatas batu diatas jembatan, total tertutup batu,”kata Novianto Nugroho, salah satu guru di Pacitan.
Menurut Novianto, banjir batu tersebut terjadi pada Senin dini hari, sehingga menyebabkan anak sekolah tak bisa menuju ke sekolah di kawasan tersebut.
Kasie Kedaduratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Pujono dalam keterangannya secara terpisah mengatakan, banjir batu dan pasir yang sampai ke jembatan karena adanya pembangunan waduk tukul.
“Jika masih ada pembangunan, banjir batu dan pasir masih terus. Apalagi kalau hujan, dan untuk menyingkirkan material tersebut tanggungjawab kontraktor pembangunan waduk tukul,”ujarnya.
Secara terpisah juga diungkapkan Kabid Bina Marga Dinas Bina Marga dan Pengairan Pacitan Suparlan beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa banjir bandang tersebut menjadi tanggungjawab rekanan proyek waduk Thukul.
“Karena jembatan tersebut berada di kawasan proyek Waduk Thukul, itu wewenang dari PT Brantas Abipraya (pelaksana proyek, Red) karena memang kontraknya lama,’’ katanya.
Lebih lanjut, Parlan menyampaikan bahwa lantaran masuk kawasan proyek maka segala tanggung jawab di sekitar lokasi pekerjaan waduk merupakan tanggung jawab pihak rekanan proyek. Termasuk perbaikan jalan dan jembatan.
‘’Kami hanya bertanggung jawab apabila ada kerusakan jalan dan jembatan mulai dari Pemandian Banyuanget hingga ke Arjosari saja,’’ ujarnya.
Banjir bandang yang berasal dari Gunung Tumo dan mengaliri pada anak sungai Grindulu itu terlihat cukup mengerikan. Apalagi pada saat kejadian, suara gemuruh terdengar cukup keras. Tiap tahun, banjir bebatuan yang terjadi di anak sungai Grindulu Desa Karangrejo ini sebenarnya terjadi setiap tahun, namun dengan volume yang lebih kecil. Sedangkan banjir dengan skala besar pernah terjadi sekitar sepuluh tahun silam. (tyo)