Profil Desa & Kelurahan, Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Sindopos.com - Profil Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

 
Profil Desa & Kelurahan, Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo
Profil Desa & Kelurahan, Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

 

Kondisi Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo


Sejarah Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Menurut nara sumber yang pernah penulis telusuri, mula-mula Desa Muneng adalah berbentuk tanah kosong yang tidak berpenghuni, hanya beberapa orang saja di sekitarnya, setelah ponorogo terbentuk yang di prakarsi oleh Batoro Katong yang konon Betoro Katong adalah masih adik dari Raja Demak Raden Patah, maka di Muneng ini ada seseorang yang kapan datangnya menurut cerita ada seorang laki-laki pada saat itu tau-tau bertempat tinggal di suatu tempat yang sekarang tepatnya di sebelah selatan pertigaan jurusan Ngampel yang tepatnya sekarang telah dibangun sebuah Masjid Jami` di Dukuh Jabon sebelah barat. Seorang Laki-laki tersebut konon bernama Kasan, orang tersebut adalah orang yang memilikki kasekten menurut orang jawa tapi mempunyai watak pendiam sulit bila diajak bicara tidak mau menyapa dan tidak mau disapa orang jawa mengatakan GUTEM artinya pendiam sehingga terkenal dengan sebutan Ki Kasan Meneng.  Ki Kasan Meneng sebenarnya ingin mengembangkan wilayah tersebut yang kelak biar menjadi daerah rejo dalam bahasa jawa, atau menjadi daerah yang ramai, maunya bekerja sendirian tidak pernah mau kerja sama dengan orang di tempat lain, akhirnya dengan kekuatan sendirian tidak mungkin tujuan yang baik itu bisa terlaksana, Ki Kasan meneng dengan kekuatannya sendiri akhirnya cita-citanya tidak terwujut atau gagal karena waktunya tidak sesuai dengan umur yang ia milikinya, akhirnya berhenti dan meninggal dan dimakamkan di situ, dan dityeruskan oleh konon namanya orang tersebut adalah Ki JABANG namun dia tidak meneruskan gagasan Ki Kasan Meneng dia hanya menempati tempat Ki Kasan Meneg tersebut, dia hanya menghabiskan umurnya di situ hidup layaknya masyarakat biasa tidak seperti Ki Kasan Meneng, akhirnya orang berikutnya karena sepengetahuannya di situ ada orang mendiami adalah Ki Jabang orang daerah itu sering disebut dukuh Jabang, lama lama lidah orang jawa akhirnya samapi sekarang terkenal Dukuh JABON.

Kegagalan Ki Kasan Meneng untuk membuat sebuah desa tidak dilanjutkan oleh penerusnya Ki Jabang , akhirnya datanglah seorang Kiyai dengan santrinya, orang tersebut adalah orang dari Tembayat Jawa Tengan bernama KIYAI NURSALIM, pada saat itu membuat padepokan di lereng Gunung Gombak sekarang orang menyebutnya Dukuh Beder, dia ingin mengembangkan Agama Islam di daerah tersebut akhirnya dapat berkembang, khabar yang diterima Kiyai Nursalaim bahwa daerah itu dulunya sudah ada yang babat tapi gagal dan menurut Kiyai yang babat dulunya Ki Kasan Meneng dan menurut Kiyai nemu Babatnya Ki Kasan Meneng maka oleh Kiyai Nursalim daerah yang sudah rejo /ramai itu dinamakan DESA MUNENG. Dengan demikian sampai sekarang terkenal dengan sebutan DESA MUNENG. Itulah asal usul Desa MUNENG.

Bekas tempat tinggal Kiyai Nursalim yang pernah mengukir asal usul Desa Muneng sampai sekarang masih ada yaitu sebuah sumur tua yang terletak di kaki gunung gombak, sebuah sumur tersebut orang di sekitarnya menyebutnya sumur Kauman yang mempunyai makna dulunya daerah itu ditempati oleh kaum orang-orang yang beriman lain dari pada itu seorang Kiyai tersebut meninggal di Desa Muneng dan dimakamkan di sekitar Sumur tersebut yaitu di makam orang menyebutnya makam Bungur.

Setelah Muneng sudah ada tanda tanda kehidupan maka tidak lepas dari campur tangan kolonial Belanda yang berkuasa di Bumi Indonesia ini, maka konon menurut sumber yang penulis konfirmasi maka di Desa Muneng ini ada yang pernah menjadi kepala Pemerintahan, hanya saja pada kesempatan ini hanya penulis paparkan dari orang yang pertama menjadi seorang penguasa di Desa Muneng ini, hanya sebagian dari orang-orang yang pernah duduk di Pemerintahan Desa Muneng. Desa Muneng di pimpin oleh seorang Kepala Desa. Adapun seorang Kepala Desa yang penulis paparkan adalah sebagai berikut :

1.   Kepala Desa yang bernama IRONDARU, berakhir menjadi Kepala Desa pada tahun 1900 yang bertempat tinggal di sebelah timur sungai tepat disebelah balai Desa Muneng sekarang, Dia memerintah Desa Muneng atas tunjukan dari Pemerintah Kolonial Belanda bekerja dan mengabdi kepada Belanda, kebijakan yang dilaksakan Kepala Desa adalah dikendalikan oleh Belanda. Menurut seorang nara Sumber terima Irondaru menjabat Kepala Desa cukup lama karena sangat loyal kepada Belanda, sekitar tempat tinggal Kepala Desa tersebut orang mengatak dukuh NDARU setelah beberapa kurun waktu karena lidah orang jawa samapi sekarang sekitar tempat tinggal Kepala Desa Irandaru tersebut sekarang terkenal dengan sebutan DUKUH BERU.

2.    Kepala Desa yang Bernama DEBLENG. Dia memerintah Desa Muneng dimulai pada tahun 1901 sampai dengan 1904. Dongkol Cilik memegang pemerintahan di Desa Muneng tidak lama, karena Dongkol Cilik pada waktu menjadi Kepala Desa punya simpanan seorang wanita yaitu simpanannya seorang penyanyi karawitan gamelan orang jawa mengatakan ledek, sehingga karena sifatnya itu disampaikan kepada belanda maka Pemerintah Kolonial Belanda mencopot Dongkol Cilik menjadi Kepala Desa sehingga  terkenal dengan sebutan DONGKOL DEBLENG ATAU DONGKOL CILIK. Daerah yang pernah dihuni seorang kepala Desa itu orang mengatakan Dukuh NDONGKOL , karena lidah orang jawa maka lama kelamaan daerah tersebut latah dikenal dengan sebutan NDUKUHAN.

3.    Kepala Desa yang bernama JOYO DRONO. Dia menjadi Kepala Desa menggantikan Dongkol Cilik mulai Tahun 1904 samapai dengan 1914, Dia bertempat tinggal di Wilayah Desa Bringin tidak bertempat di Desa Muneng Joyo drono menjadi Kepala Desa sudah tua dan meninggal pada tahun 1914.

4.    Setelah Joyodrono meninggal digantikan oleh seorang Kepala Desa yang bernama JOYO MARTO  yaitu mulai tahun 1914 sampai 1925. Jaya Marto masih famili dari Kepala Desa sebelumnya yaitu Joyo Drono, yang bertempat tinggal cukup jauh dari rumah Joyo Drono yaitu di sebelah timur sungai di Dukuh tengah, setelah meninggal pada tahun 1925 kemudian digantikan oleh :

5.    JOYO REJO. Joyo rejo adalah anak kandung dari Joyo Marto yang bertempat tinggal di sebelah paling utara Desa Muneng tepatnya kalau sekarang bertempat di Dusun Krajan. Waktu pengangkatan Kepala Desa ini sudah ada sistim pemilihan, yang memilih hanya terbatas dari Kepala Keluarga dengan istilah pamilihan dengan sistim DODOK DULIT, yaitu memilih Kepala desa bisa mempengarui dengan pemilih lain waktu datang ke tempat pemilihan  dengan mendulit agar memilih siapa yang di pilih oleh yang sangat terpengaruh pada saat itu, sehingga tidak sesuai dengan pilihan hati nurani dari rumah, berubah seelah ada yang ndulit dijalan agang mengikuti orang yang di anggap orang terpengaruh di Desa pada waktu itu.

6.    Setelah Joyo Rejo meninggal pada tahun 1942, maka Kepala Desa digantikan oleh seorang Kepala Desa yang bernama REKSO DIHARJO Orang Muneng latah menyebutnya mbah Lurah SIJAM. Dia menjadi Kepala Desa di Muneng selama 20 tahun yaitu mulai tahun 1943 sampai dengan Tahun 1962. Kemudian digantikan oleh :

7.     IKKOEN. Pemilihan Kepala Desa Ini sudah melibatkan semua warga Desa tidak hanya Kepala Keluarga saja. Kepala Desa pada waktu itu adalah seumur hidup, Kepala Desa yang menjabat belum diganti apa bila kepala Desa Definitif masing hidup walaupun sudah tua tidak bisa bekerja masih tetap menjabat sebagai Kepala Desa, setelah berlakunya UU No. 5 Tahun 1979 maka Kepala Desa dibatasi tidak seumur hidup, yaitu 8 tahun. Dengan berlakunya Undang Undang  No. 5 Tahun 1979 tersebuat sehubungan Ikkoen sudah menjabat lebih 8 Tahun maka Ikkoen diberhentikan pada Tahun 1990. namun belum ada peraturan seorang Kepala Desa dibatasi hanya dua pereode, kalau sekarang dibatasi maksimal menjadi Kepala Desa dua pereode atau 10 tahun menjabat.

8.    Sehubungan pada waktu itu Ikkoen belum berumur lebih dari 60 tahun maka Ikkoen masih dapat mencalonkan diri lagi sebagai Kepala Desa, dengan sarat minimal berijasah SMP, sehubungan dengan Ikkoen berijasah SR setarap dengan SD maka Ikkoen terganjal untuk maju menjadi kandidat Calon Kepala Desa berikutnya walaupun masih punya peluang untuk mencalonkan diri. Seiring perjalanan waktu pengisian Kepala Desa Muneng pada waktu itu ada penjelasan bahawa syarat Calon Kepala Desa adalah berijasah SMP atau sederajat, dengan pengertian apabila ijasahnya SD namun pernah menjabat Perangkat Desa minimal 5 Tahun maka Ijasah SD diperbolehkan dengan syarat apa bila sudah menjadi Kepala Desa terpilih sanggup mensetarakan ijasah setingkat SMP, akhirnya Ikkoen mencalonkan diri dan terpilih menjadi Kepala Desa pereode 1990 sampai dengan 1998. Dengan demikian maka Ikkoen menjabat menjadi Kepala Desa selama 32 tahun.

9.    Setelah masa jabatan Ikkoen sudah habis maka digantikan oleh SUYITNO. Dia menjabat Kepala Desa pereode 1998 samapi dengan 2007. Setelah Suyitno masa jabatannya sudah habis maka pada Bulan Mei tanggal 24 di Ponorogo diadakan Pemilihan Kepala Desa gelombang I serentak 52 Desa, untuk Kecamatan Balong terdiri 6 Desa termasuk Desa Muneng. Akhirnya di Desa Muneng diadakan pesta Demokrasi Pemilihan Kepala Desa dengan Calon tunggal dan terpilih yaitu :

10. ENDRA NUR CAHYA EKO PRASETYO, SE. Dan dilantik pada tanggal 21 Juni 2007, maka dia memerintah di Desa Muneng sekarang.Diuraikan tentang sejarah asal - usul desa.




Demografi Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Desa Muneng adalah suatu Desa yang terletak di ujung utara kecamatan Balong, tepatnya di kaki gunung gombak yang berbatasan dengan Wilayah kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Penduduknya padat. Wilayahnya kecil dan berpenghasilan rendah.  untuk tahun 2007 ini Penduduknya 

    - Penduduk Laki-laki        = 1.176 Jiwa
    - Penduduk Perempuan    = 1.229 Jiwa
      Jumlah            = 2.405 Jiwa

Desa Muneng Kecamatan Balong memiliki luas tanah 225 Ha dengan batas- batas :
Sebelah Utara Desa Bringin Kecamatan Kauman
Sebelah Timur Desa Ngampel Kecamatan Balong
Sebelah Selatan Desa Tatung
Sebelah barat Desa Sukosari Kecamatan Kauman.

Desa Muneng  terbelah oleh sungai tepat di tengah-tengah Desa membujur dari Ujung sebelah Selatan hingga ujung sebelah Utara, sehingga Masyarakat Desa Muneng menyebutnya wilayah Etan Kali dan Kulon Kali. Sebelah barat sungai sebagian masyarakatnya ada yang bertempat tinggal di lereng gunung Gomak, disebelah barat persyawahan  Desa Tatung yang sejak tahun 2003 dijadikan proyek GNRHL atau Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang pada tahun 2007 pernah menjadi juara di tingkat Kabupaten Ponorogo. 


   
Keadaan Ekonomi Desa Muneng Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

Masyarakat Desa Muneng sebagian besar buruh tani karena dari masing-masing penduduk sangat kecil sekali yang memiliki lahan pertanian dan sebagian besar tanah Desa Muneng berupa daratan apalagi sebelah barat sungai daerah pegunungan.

Kalau melihat kondisi yang demikian masyarakat di desa sangat amat jauh dari sejahtera apalagi sekarang generasi pemudanya sudah banyak yang mencari penghidupan di daerah kota yang belum tentu bisa meningkatkan tarif hidupnya. Apabila kondisi seperti ini dibiarkan tidak menutup kemungkinan perkembangan atau pembangunan di desa akan terkendala baik dibidang sumber daya manusia ataupun dibidang perekonomian.
 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form