Sindopos.com, Pacitan, Sektor perniagaan kian sekarat. Beberapa pengusaha mengaku mengalami penurunan omzet hingga 50 persen lebih.
BBM Naik Turun, Sebabkan Sektor Perniagaan Kian Sekarat |
Tidak stabilnya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar, membuat dunia usaha di Pacitan kian terpuruk. Beberapa sektor usaha mengaku kelimpungan, semenjak pemerintah melepas subsidi BBM. Komoditi yang merupakan komponen vital dalam dinamika perekonomian itu, semakin sulit ditebak pegerakannya. Ada kalanya naik, ada kalanya turun secara tiba-tiba. Fenomena itulah yang membuat roda ekonomi masyarakat semakin suram. H. Sugiharto, salah seorang pelaku usaha di Pacitan mengaku kesulitan mengembangkan sektor usahanya yang sudah sekian lama digeluti. Pengusaha yang bergerak di bidang laverensir dan toko bangunan itu mengalami penurunan omset cukup drastis semenjak harga BBM mengalami fluktuatif. Dulu, lanjut dia, sebelum harga BBM mengalami naik-turun seperti ini, omzet toko bangunannya bisa mencapai Rp 40 hingga Rp 50 juta/hari. "Namun belakangan, bisa dapat uang Rp 15 juta/hari sudah untung," ujarnya, Minggu (5/4).
Pengusaha yang karib dipanggil dengan Sugi itu menuturkan, menurunnya omzet sektor usaha perniagaan, khususnya bahan material bangunan, lebih dipengaruhi daya beli masyarakat yang kian hari, kian melemah. Padahal dengan kenaikan harga BBM baru-baru ini, beberapa item bahan material pabrikan justru mengalami penurunan harga. Sebagai contoh, harga semen yang saat ini turun Rp 1.000/saknya. Begitupun dengan harga besi cor dan barang klitikan lainnya. "Namun demikian, seiring menurunnya harga bahan material bukan berarti daya beli masyarakat akan naik. Malah sebaliknya, harga material turun, buying power masyarakat justru malah merosot," bebernya.
Beberapa indikator yang memengaruhi animo daya beli masyarakat, satu diantaranya tingkat pendapatan masyarakat, utamanya mereka yang berpenghasilan tetap, juga menurun. Para pegawai, baik itu aparatur negara maupun karyawan perusahaan, hanya bisa menikmati gaji apa adanya. Sementara tunjangan-tunjangan yang selama ini biasa diterima masih terkendala. Misalnya saja dana sertifikasi guru yang konon kabarnya akan dihentikan. Praktis, berangkat dari kondisi tersebut, masyarakat lebih mementingkan kebutuhan primernya dari pada kebutuhan lain. "Apalagi membangun atau merenovasi rumah. Untuk mencukupi kebutuhan pokoknya saja, mereka kelimpungan. Hal tersebut yang menjadi indikator mendasar merosotnya daya beli masyarakat," beber pengusaha yang juga tercatat sebagai Ketua Umum KONI Pacitan tersebut, kemarin.
Masih menurut Sugi, sektor ekonomi yang saat ini masih bisa bertahan, hanya sektor jasa. Sektor tersebut yang belakangan masih bisa diandalkan dalam menyikapi keterpurukan roda usaha. "Hanya jasa yang mungkin masih bisa bertahan. Sektor lainnya, bertumbangan," tutup Sugi. (yun).